Selasa, 18 Mei 2010

SEJARAH SINGKAT RANGKEPAN JAYA


















Oleh :
Putri Andini Rahma Eni, Dyah Renita Rahma, dan Yordania
(Siswi Kelas IX SMP Perjuangan)


Rangkepan Jaya adalah nama sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Rangkepan Jaya berbatasan dengan Kelurahan Mampang di sebelah timur, Kelurahan Grogol di sebelah utara, dan Kelurahan Rangkepan Jaya Baru di sebelah barat dan selatan. Berdasar hasil wawancara dengan tokoh-tokoh sesepuh Rangkepan Jaya pada Mei 2010, diantaranya Haji Nawawi di Rawa Denok, Haji Bari di Kekupu, dan Haji Aselih di Kampung Grogol, diketahui bahwa wilayah yang kini menjadi Kelurahan Rangkepanjaya merupakan wilayah gabungan dari beberapa desa atau kampung, yang pada masa kolonial Belanda menjadi kawasan tanah partikelir milik tuan tanah.

Berkenaan dengan masa lampau wilayah Rangkepan Jaya, sebuah catatan yang bersumber dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok, memberikan informasi penting bahwa pada masa sebelum kedatangan Belanda ternyata wilayah ini sudah berpenghuni, bukan wilayah kosong tak berpenduduk. Beberapa nama kampung yang telah ada sebelum kedatangan Belanda pada abad ke 17 diantaranya Parung Bingung (diduga ada sejak jaman Kerajaan Taruma Negara) dan Rawa Denok (diduga ada sejak jaman perang Banten – Pajajaran tahun 1500-an Masehi). Haji Nawawi menyebutkan, kampung-kampung lain di sekitar Rangkepan Jaya yang sudah ada setidaknya sejak jaman kolonial diantaranya Kampung Limo, Kampung Depok, Kampung Sengon, dan Kampung Parung Malela.
Namun, meski masyarakat yang mendiami wilayah Rangkapan Jaya sudah lama sekali ada, ternyata nama “Rangkepan Jaya” sendiri baru muncul pada tahun 1953. Menurut Haji Nawawi dan Haji Bari, nama Rangkepan Jaya bermula dari ide seorang guru SD di Parung Bingung bernama Sutomo (Pak Utomo) yang terlontar pada musyawarah warga di sebuah madrasah (sekarang YKS) menyangkut pembentukan wilayah (desa) baru, yang merupakan gabungan dari tiga desa, yakni Rawa Denok (termasuk Kampung Pulo), Kekupu (termasuk Kampung Pitara), dan Parung Bingung (termasuk Kampung Grogol). Kata ‘Rangkepan Jaya’ itu berasal dari kata RA = Rawa Denok, KE = Kekupu, dan PA = Parung Bingung, yang kemudian disempurnakan menjadi RANGKEPAN. Adapun tambahan kata ‘Jaya’ merupakan cita-cita agar kelak desa yang baru terbentuk itu menjadi maju dan sejahtera.

Desa bentukan baru itu dipimpin oleh Haji Saprin dari Parung Bingung hingga tahun 1955, kemudian dilanjutkan oleh Haji Amsir dari Kampung Kekupu hingga tahun 1978. Pada tahun 1978, Desa Rangkepan Jaya dipecah menjadi dua, yakni Desa Rangkepan Jaya Lama (terdiri dari Kampung Grogol, Kekupu, Pulo, dan Pitara) dan Rangkepan Jaya Baru (terdiri dari Kampung Parung Bingung dan Rawa Denok). Kepada Desa Rangkepan Jaya (lama) pasca pemecahan adalah Haji Nawawi, Haji Suarja, Haji Dhani Kondhani (sejak masa Haji Dhani Kondhani desa Rangkepan Jaya telah menjadi kelurahan), Cucu S., Haji Mubarok, Deden Kosasih, dan Wawan Wirawan. Saat tulisan ini dibuat, Kelurahan Rangkepan Jaya dipimpin oleh Bapak Ahmad Ubaidillah.

Perkembangan Rangkepan Jaya hingga menjadi seperti saat ini tentu tidak lepas dari peran masyarakat. Beberapa tokoh masyarakat di Rangkepan Jaya sejak masa tahun 1950-an (beberapa sudah wafat) diantaranya : Sayid Muhammad (makam di Sukabumi), Haji Kimah (Rawa Denok), Nimah (Rawa Denok), Haji Sani’in (Rawa Denok; Kepala Desa Rawa Denok pada masa sebelum penggabungan), Rahit (Rawa Denok), Mandor Samah (Rawa Denok), Haji Ali (Rawa Denok), Amil Tohir (Rawa Denok), KH. M. Jayadih (Rawa Denok), Haji Sadullah (Rawa Denok), Haji Ma’arif (Rawa Denok), KH. Abdul Razak (Rawa Denok), KH. M. Awab Usman (Rawa Denok), Haji Nawawi (Rawa Denok), Haji Saprin (Parung Bingung; Kepala Desa Parung Bingung sebelum masa penggabungan), Miun (Parung Bingung), Arkani (Parung Bingung), Haji Mandor Naim (Parung Bingung), Haji Husaini (Parung Bingung), Mardani (Parung Bingung), RK. Marja (Parung Bingung), Aminah Amang (Kekupu; Kepala Desa Kekupu sebelum masa penggabungan), Haji Amsir (Kekupu; Kepala Desa Kekupu sebelum masa penggabungan), Mualim Ratna (Kekupu), Kabeng Tedot (Kekupu), Haji Amil Geming (Kekupu), Usman SF (Kekupu), Sa’atih (Kekupu), Mandor Cocong (Kekupu), Mandor Amar (Kekupu), Haji Bari (Kekupu), R. Kabasar (Grogol), R. Kamaja (Grogol), RW. Suhanda (Grogol), Mandor Na’ung (Pulo), Mandor Sai’nin (Pulo), Haji Saitih (Pulo), Haji Husein (Pulo), Haji Ali (Pulo), Haji Nafis (Pulo), Mandor Acul (Pitara), dan Naman Umbul (Pitara). Disamping itu, ada pula tokoh-tokoh ulama dan guru agama (mualim) yang turut bersumbangsih dalam bidang kerohanian, diantaranya : Ust. Meisar Yunus, Ust. Jayadih, Ust. Asnawi, Ust. Yusuf, Ust. Mansur, Ust. Awab, dan Ust. Samsudin.

Dalam bidang kepemudaan, Rangkepanjaya telah mencetak prestasi gemilang sejak dulu, baik dalam bidang olah raga, pendidikan, maupun organisasi. Narasumber menyebutkan bahwa pada tahun 1980-an Rangkepan Jaya pernah mendapat kunjungan pejabat Negara, termasuk Presiden Soeharto dan para menteri Kabinet Pembangunan. Rangkepan Jaya pernah pula mengirimkan salah seorang pemudanya dalam program pertukaran pelajar ke Australia. Dalam bidang olah raga, hingga kini masih berdiri dan aktif POR (Persatuan Olah Raga) Samudra Jaya yang memiliki 5 PS (Persatuan Sepakbola), yakni PS. HW yang diketuai oleh Haji Nawawi, PS. Pekerti yang diketuai oleh Haji Bari, PS. PB Kubra dipimpin oleh Bapak Marali, PS. Fajar Putra yang dipimpin oleh Bapak Suhamba, dan PS. Setia Kawan yang dipimpin oleh Bapak Kotong Suhardi. (.)

Rangkepan Jaya, Mei 2010
Penulis,
Putri A.R.E., Dyah R.R., dan Yordania

0 komentar: